Powered by Blogger.
RSS

Pages

DIA (cerpen)

    Saat SMA dulu dia adalah lelaki yang bertubuh gendut, berambut pendek, dan humoris ini bisa dibilang “cupu” karena cara berpakaiannya yang sangat rapih, kemeja seragamnya selalu dimasukkan ke dalam celana berbeda dengan siswa/siswi yang kemejanya dikeluarkan dari celana/rok mereka hingga guru-guru kerepotan untuk memperingatinya. Saat pulang sekolah, dia selalu membawa motornya langsung menuju rumahnya. Terkadang dia sempatkan untuk mengantar temannya yang searah saat pulang. Begitulah kehidupan dia sehari-hari. Suatu ketika teman sekelasnya membawa sebuah mainan yang sangat kuno, dia ingat pernah membelinya ketika dia menginjak bangku taman kanak-kanak. Mainan itu adalah rubik’s cube berordo 3x3x3. Mainan ini mempunyai 6 sisi dengan 6 kombinasi warna yang berbeda tiap sisinya. Dia tertarik untuk memainkannya dan berpikir, “ah dulu wajar aku tidak bisa memainkannya karena masih kecil. Sekarang aku sudah SMA masa masih tidak bisa juga?”. Ternyata dia terkejut karena setelah beberapa menit sibuk dengan mainan itu tak kunjung selesai juga dimana semua warna tiap sisi kembali seperti semula.
    Suatu ketika ada temannya yang bisa menyamakan warnanya walaupun hanya 1 sisi.
“hei, aku sudah bisa dong tapi baru satu sisi”, ujar temannya
“wah hebat. Aku belum bisa sama sekali.”, dia berucap.
Kemudian dia mendapat ide untuk ke toko buku dan ternyata dia mendapatkan buku panduan menyelesaikan rubik yang ditulis oleh pemegang rekor #2 untuk kategori multiple blinfolded 11/11, yaitu menyelesaikan rubik dalam keadaan mata tertutup sebanyak sebelas rubik dalam kurun waktu kurang dari 1 jam. Selelah mempelajarinya, dia akhirnya bisa walaupun masih liam menit menyelesaikannya. Teman-temannya dikelasnyapun diajarinya hingga bisa dan mengadu cepat siapa yang duluan selesai menyusun warna-warna tersebut.
    Beberapa bulan berlalu, dia selalu ingin menjadi lebih cepat untuk menyusun rubik itu. Dimulai dari lima menit, tiga menit, satu menit,  40 detik, 30 detik, dan akhirnya mencapai 18 detik saat dia memulai kuliah di suatu universitas swasta. Seiring proses peningkatan kecepatan untuk menyelesaikan rubik itu dia pun membeli beragam twisting puzzle seperti rubik’s cube berordo 2x2x2, 4x4x4, 5x5x5, 6x6x6, 7x7x7, dll. Tentu dia bisa menyelesaikannya dengan lumayan cepat. Walaupun dia mampu untuk mengikuti kompetisi rubik, dia mengurungkan niatnya karena dia tidak berani untuk tampil di depan umum. Selalu ada pikiran dimana dia gugup atau melakukan kesalahan saat berusaha mendapatkan waktu tercepatnya. Tentu waktu tercepatnya tidak secepat pemegang rekor solving rubik’s cube. Dia mendapatkan waktu tercepatnya 17 detik sedangkan sang pemegang rekor itu hanya 5,66 detik. Itulah kenapa dia belum mau ikut kompetisi.
    Saat menginjak bangku perkuliahan pun dia tetap menyebarkan virus rubiknya ke teman-teman di kelasnya. Banyak yang tertarik akan permainan ini. Tapi entah mengapa permainan ini tidak seheboh saat dia masih SMA. Banyak speedcuber yang ingin “pensiun” dengan menjual koleksi-koleksi puzzlenya. Tapi dia tidak berhenti untuk mengoleksi puzzle-puzzle yang inovatif. Dia hanya berpikir,”daripada untuk beli rokok atau yang lain, sebaiknya aku beli puzzle. Siapa tahu saat aku tua nanti, anak cucuku bisa memainkan ini”. Dia adalah diriku sendiri.


Dirgan Traviata Masjaya
52410096

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

1 comments:

Diah said...

-,- kayaknya gue tau "dia" itu siapa

Post a Comment